Naik daunnya kasus Covid-19 yang
terjadi saat ini di tanah air membuat pemerintah mengambil langkah cepat
mendistribusikan vaksin secara gratis untuk masyarakat sesuai arahan World
Health Organization (WHO). Terdapat dua varian vaksin yang umumnya akan disalurkan
kepada masyarakat, yaitu Sinovac dan Astrazeneca. Pemerintah mengharapkan
program vaksinasi akan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan demi
pencegahan pandemi berkepanjangan.
Masyarakat berbondong-bondong
mengikuti program tersebut, terlebih hal itu telah dijadikan syarat untuk dapat
melakukan berbagai kegiatan seperti bekerja dan berpergian ke luar kota maupun
luar negeri. Namun di sisi lain masih banyak pihak yang enggan ikut serta
program vaksinasi. Beragam alasan pun mereka lontarkan, seperti sebagai kelinci
percobaan, penularan secara halus hingga terdapatnya chip pada vaksin tersebut.
Penyebaran informasi hoax oleh
berbagai oknum yang tidak ada hentinya semakin memperburuk keadaan saat ini.
Entah sekedar iseng atau ada tujuan politik tertentu, tindakan tersebut dapat
dikatakan sama halnya dengan genosida. Sebab jumlah korban akan berbanding
lurus dengan orang yang menolak untuk divaksin. Semakin banyak yang menolak,
korban pun akan meningkat.
Kebanyakan pihak yang kontra dengan
program vaksinasi adalah mereka yang memiliki background pendidikan rendah dan
pengetahuan terbatas. Oleh karena itu mereka sangat mudah untuk dapat dicekoki
dengan berbagai informasi bohong. Semakin banyak orang yang terdoktrin bahwa
vaksin berbahaya, maka jangan harap pandemi Covid-19 di Indonesia akan cepat
usai.
Sudah seharusnya masyarakat dapat melihat dengan seksama,
betapa pentingnya melakukan vaksinasi. Sebab mendukung pemerintah dan ikut
serta program vaksinasi adalah bentuk usaha bersama untuk mengakahiri pandemi
di tanah air. Jika hanya mengharapkan sebuah mukjizat tanpa usaha, mungkin
Tuhan pun akan tertawa.
Alfrido Marcos/Gilang Vikry
Hadistira
Komentar
Posting Komentar